Single Rope Technique (SRT) adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode. Namun yang paling banyak dipergunakan adalah Frog Rig System.
Teknik yang lain adalah: rope walker, Texas Rig, jumaring, Mitchele System, floating cam system.
Sistem frog rig menggunakan alat:
1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha. Jenis-jenisnya adalah: bucklet, avantee, croll, rapid, dan fractio.
Seberapa ketat pemakaian seat harness ini tergantung pada kebiasaan. Terlalu ketat? LIhat dampaknya di counter Suspension Trauma Akibat Sit Harness
2.Chest ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR.
3. Hand ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan. Di bagian bawah dipasang descender, tempat digantungkannya foot loop dan cows tail.
4. Descender, dipergunakan untuk menuruni tali. Ada beberapa jenis descender: Capstand (ada dua macam: simple stop dan auto stop), whaletale, raple rack (ada dua macam: close rack dan open rack), figure of eight, dan beberapa jenis lagi yang prinsip kerjanya sama dengan figure of eight.
5.mailon rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu: Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop seat harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti descender berikut karabiner friksinya dan cowstail.
6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat seperti gambar diatas. Hal ini sangat mengurangi kelelahan pada waktu ascending di pitc-pith yang panjang
7. Cows tail, memiliki dua buah ekor. Satu terkait di hand ascender, dan
satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan
intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.
8. Chest harness, untuk melekatkan chest ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali. Chest harness lebih baik jika dapat diatur panjang pendeknya (adjustable), sehingga memudahkan pengoperasian, terutama apabila terjadi kasus dimana chest ascender terkunci di sambungan atau simpul, atau pada saat rescue.
Teknik-teknik yang harus dipelajari untuk SRT adalah ascending dan descending dengan penguasaan melewati jenis-jenis lintasan dan medan.
1. Melewati intermediate anchor
2. Melewati deviation anchor
3. Melewati sambungan tali
4. Melewati lintasan tyrolean, menggunakan satu tali dan dua tali.
5. Meniti tali dengan medan slope (miring).
Ascending Perhatikan gerakan telapak kaki ketika sedang ascending.
Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.
PERHATIAN:
• Latihan ini harus dilakukan mengunakan peralatan yang mutu dan kekuatannya memenuhi standar
• Latihan harus dibawah pengawasan oleh ahli.
• Berlatihlah pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi.
• Cegahlah latihan yang dapat merusakkan alat: membebani alat melebihi beban normal, beban dengan arah abnormal, menggunakan alat tidak sesuai dengan manual book-nya.
• Latihan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat alternatif, harus masih dalam tingkat aman.
• Pernah melakukan latihan teknik tertentu bukanlah jaminan bahwa kita sudah menguasai teknik tersebut.
• Berlatihlah satu teknik sampai lancar tanpa hambatan dan kesalahan sebelum berlatih teknik yang lain.
• Berlatihlah dengan selalu ditemani oleh orang lain yang juga memahami SRT.
• Berniatlah berlatih untuk menolong orang lain dan diri sendiri.
• Hindarilah terjadinya kecelakaan di gua untuk orang lain maupun diri sendiri.
Alat
1. Tali (rope) Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila Climber terjatuh. Panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah sekitar 50 meter, yang dipercaya memungkinkan seorang Leader dan Belayer masih dapat saling berkomunikasi secara alamiah. Beberapa jenis tali yang digunakan dalam pemanjatan yaitu : a. Tali Serat Alam Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan Climber. b. Hawser Laid Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul, mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat. c. Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope) Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20 %. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk Pemanjatan yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang, tali yang dipakai biasa berdiameter 9 mm atau 7 mm. Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm) Tali karnmantel memiliki sifat-sifat : • Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini. • Peka (tidak tahan) dengan zat kimia. • Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh. 24
Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu : • Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic • Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna mencolok. Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain : • Mountaineers coil • Skein coil • Royal robin style Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel : • Top Roping dan serbaguna : gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm • Sport Climbing : gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm Dalam memilih tali kernmantel juga dapat dilakukan dengan memperhatikan detail tipe tali, yaitu jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dimana akan terdapat simbol seperti dibawah ini : • SINGLE artinya tunggal, yaitu tali yang cukup satu saja 25
untuk digunakan memanjat. • DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda. • TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tersebut di klip ke dalam satu carabiner saja. Sehingga harus dianggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal.
2. Carabiner (snapring, snapling, cincin kait) Digunakan sebagai pengaman untuk Pemanjatan artifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi. Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Non screw gate Carabiner Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada Pemanjatan artifisial karena tidak perlu mengunci manual. Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu: • Auto lock Carabiner • Non Auto lock Carabiner b. Screw gate Carabiner Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu Pemanjatan artifisial. Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu : a. Oval Carabiner : berbentuk bulat, dalam Single Rope Technique dapat dipergunakan hampir dalam berbagai kondisi. b. Delta Carabiner : berbentuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban, namun terkadang tidak disarankan digunakan untuk instalasi tertentu. c. Heart Carabiner: berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena memungkinkan banyak tali ditambatkan d. A Carabiner : berbentuk huruf A, fungsi hampir sama dengan Heart Carabiner Oval Delta Heart A
3. Tabular Webbing Biasanya digunakan untuk membuat slink atau sebagai pengganti harness.
4. Sling Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman dan mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point pada ancor, mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya, sling biasa digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.
5. Harness Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang Climber. Berfungsi menahan beban tubuh Climber ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang. Terdapat 3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest harness dan full body harness. Sit Harness Chest Harness Full Body Harness.
6. Helm Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat Climber terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. dapat menimbulkan efek seperti peluru. Meskipun menggunakan helm agak mengganggu, namun hal ini akan menghindarkan Climber dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal. Sebagai contoh, sebuah benda padat tidak lebih besar dari kelereng yang jatuh dengan jarak ketinggian yang cukup besar
7. Sepatu tebing Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2 macam yaitu : board-lasted dan slip-lasted. Model sepatu juga bermacam – macam, antara lain: • Lace-up yang menggunakan tali, • slipper atau slip-on, • velcro • zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting. Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit, tujuannya untuk kenyamanan setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli. Berikut beberapa analisa perbandingan jenis sepetu ini : a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus • Setiap pijakan dapat dirasakan oleh Climber karena solnya tipis • Ringan dan cocok untuk medan kering • Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulta (slob). b. Sepatu yang solnya kaku • Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam. • Tidak membuat mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam. • Berat dan cocok untuk medan basah atau kering.
8. Palu tebing Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.
9. Bor dan Driver. memiliki 2 bagian yaitu : peluru dan spit. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand. Berikut cara pemakaian bor.
10. Descender, merupakan alat digunakan untuk turun pada lintasan. Jenis Ascender seperti : a. Figure of Eight
b. Brake bar
c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya pada jalur kurang dari 50 m karena, semakin panjang lintasan, semakin besar tegangan pada tali yang menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi atas : Auto Stop Simple Stop
d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 : • Closed Rack, • Open Rack
e. Whaletail
Climber juga dapat melakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai descender seperti: a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar. b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch
11. Ascender, merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti: a. Hand Ascender seperti : Jumar (produk Petzl). Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / Colorado Mountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya. b. Chest Ascender Hand Ascender Chest Ascender.
12. Belay Device Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya Climber terbagi dalam 2 jenis yaitu : a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya Climber dengan menarik dan menekan tali pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain : • Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch • Belay Plate/ Spring Plate • Figure Of Eight • Tubular Belay Plate Tubular b. Otomatis, yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau saat tali terbebani. Fungsi alat ini menyerupai sabuk pengaman yang biasa digunakan saat berkendaraan dimana, jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll
Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan :
13. Pullay. Alat yang digunakan untuk membelokan arah gaya suatu beban. Secara umum pullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay. Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain: • Fixed • Tandem • Oscillante • Ultragere • Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender Fixe Tandem Oscillante Ultragere Mini Traxion
14. Sky hook Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat melakukan Pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran
15. Runner Adalah sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :
16. Stir up, merupakan tangga tebing, umumnya terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.
17. Sarung tangan, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan Pemanjatan.
18. Prusik, sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.
19.Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan Pemanjatan tidak licin.
20. Chalk bag, merupakan tempat bubuk magnesium.
21. Anchor, merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya terdapat 2 macam anchor, yaitu :
a. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan berbagai macam bentukan-bentukan di tebing.
b. Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti :
1) Piton, ada tiga macam : Horizontal, untuk celah horizontal; Vertical, untuk celah vertikal; Angle, untuk lubang. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh. Cara memasang piton :
1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton. 2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer. 3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor. Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang di pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik
2. Hanger Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentuknya: • Plate, • clown, • Azymetrique, • Twist Plate clown Azymetrique.
3) Cam. Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagangnya ada yang lentur atau yang fix. Biasa disebut dengan Friend (produk petzl)
4) Chock Chock jenis Stoper Chock jenis Heksentrik Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi: a. Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban. b. Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol. Hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan atau membeli alat antara lain dengan memperhatikan rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan Pemanjatan. Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu.
Penggunaan dan Perawatan Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan : 1. Tali : • Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan hindari membeli tali yang bekas. • Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan pemanjatan. Tali panjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impact pada tali dan tubuh saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan instalasi jalur fix seperti untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing, • Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah karena tali yang basah menyebabkan tali tidak baik digunakan baik dipegang maupun dipakai atau dibawa. Selain itu, elastisitas (daya lentur) tali basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi dan penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika basah. • Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat kerusakannya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar